SoE – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadis P&K) Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Edison Sipa mengaku kaget ada siswa SMP yang belum lancar membaca.
Kondisi tersebut ditemukan langsung oleh Bupati TTS, Egusem Pieter Tahun dalam kunjungan ke SMP Negeri Satu Atap Fatukopa beberapa waktu lalu dan dipublikasikan melalui channel youtube Epy Tahun dengan judul ‘Prihatin, Anak SMP SATAP Fatukopa belum bisa membaca’.
Kepada BentaraNet, Jumat (14/8/2020), Sipa mengatakan, kondisi tersebut bisa jadi dipengaruhi oleh psikologi siswa yang berhadapan langsung dengan kepala daerah dan rombongan yang cukup banyak.
“Disadari bahwa banyak anak yang belum lancar membaca. Pertama yang harus saya bangun adalah karakter,” jelasnya.
Penguatan karakter tersebut bertujuan untuk membiasakan siswa tidak merasa grogi berhadapan dengan siapa saja. Karena jika siswa sering nervous bertemu dengan orang baru, maka yang terjadi adalah dia tidak dapat berbuat banyak.
“Karena tentunya faktor psikologi ikut menentukan ketika anak-anak bertemu dengan orang baru, apalagi ada pimpinan, tentunya mereka merasa gugup sehingga tanya dia punya nama juga dia bisa lupa,” kata Sipa.
Untuk itu, penguatan karakter sangat penting untuk dilaksanakan. Pelaksanaan penguatan karakter, kata Sipa juga sejalan dengan amanat kurikulum 2013.
Kendati demikian, kondisi yang sementara ada, menjadi bahan evaluasi untuk terus berbenah baik dari guru, pengawas dan juga bidang Pembinaan pendidikan dasar dan bidang Pembinaan pendidikan menengah di lingkup Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten TTS.
Menurutnya, peningkatan kemampuan baca, tulis dan hitung (calistung) harus diperkuat dari tingkat pendidikan PAUD dan SD sehingga tidak menjadi beban bagi pihak SMP.
“Kita secara berjenjang harus kuat. Kalau di PAUD karakternya sudah bagus, maka di SD kita kuatkan untuk calistung,” ujar Sipa.
Pembenahan seperti itu dilakukan agar tidak menyisahkan dosa yang nantinya menjadi tanggung jawab para guru di tingkat SMP.
“Kalau di SD calistung sudah baik, kita tidak akan meninggalkan dosa bagi para guru-guru SMP,” kata Sipa.
Kekurangan Pengawas
Keterbatasan pengawas baik untuk SD maupun SMP di Dinas P & K Kabupaten TTS dinilai menjadi salah satu faktor yang memengaruhi mutu pendidikan.
Menurutnya, saat ini pengawas SMP yang aktif hanya empat orang. Dengan jumlah yang jauh dari kata cukup ini, pembagian sekolah binaan pun jauh melampaui batas ideal.
“Idealnya satu orang pengawas itu membimbing 7 sekolah, untuk SMP,” jelas Sipa.
Empat orang pengawas SMP di Kabupaten TTS ini membimbing 178 SMP sehingga satu orang pengawas bisa mendapatkan tugas membimbing lebih dari 40 sekolah.
Sementara pengawas SD di TTS saat ini sebanyak 14 orang dengan jumlah SD sebanyak 540 Sekolah.