Tilang – Menteri Keporeasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM), Teten Masduki mengaku kaget saat mencicipi kacang buncis dan pisang beranga di kebun holtikultura milik Badan Usaha Desa (Bumdes) Desa Tilang, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka.
Dia mengaku pisang dan buncis di kebun holtikultura hasil dari pembiayaan Koperasi Kredit Obor Mas ini memiliki rasa yang unik dan manis.
“Saya ngerti banget holtikultura tadi saya kaget dengan tanaman buncis yang terus-menerus berbuah. Terus tadi saya kaget mencicipi pisang saya tahu itu pisang bentuknya seperti yang saya beli yaitu pisang baranga,” ungkapnya kepada wartawan saat mengunjungi kebun ini pada Sabtu (24/10/2020).
Pisang baranga itu ada di daerah Sumatera Utara tapi saya kaget dengan bentuk dan rasanya karena disini lebih gemuk, rasanya lebih unik dan lebih manis. Makanya saya kaget itu artinya apa di sini tanah lebih baik asal ada air bagus itu,” lanjutnya.
Kebun milik Bumdes Tilang yang berada di bawah pembinaan dan pembiayaan oleh Koperasi Obor Mas ini menghasilkan penjualan sebesar Rp 12 juta per bulan.
Meski banyak koperasi dan perbankan belum berani memberikan pinjaman untuk pembiayaan sektor pertanian, Teten melihat Koperasi Obor Mas sudah mengambil langkah tepat dengan memberikan pinjaman untuk usaha sektor pertanian.
“Yang menarik hari ini saya melihat (Koperasi) Obor Mas sudah mulai membiayai sektor pertanian. Biasanya di banyak tempat baik perbankan maupun koperasi simpan pinjam belum berani membiayai sektor produksi sektor pangan karena high risk. Risiko kredit macetnya tinggi,” katanya.
Namun menurutnya risiko ini bisa dieliminir jika perusahaan atau perbankan bisa melakukan pemetaan, skrining, dan memberikan bimbingan dengan baik kepada pengusaha di sektor pertanian. “Sebenarnya kalau diskrining diarahkan pertaniannya, kalau sudah benar pertanian dibimbing, terus market-nya juga disiapkan ini sangat menguntungkan,” imbuhnya.
Tidak hanya buncis dan pisang, saat ini industri besar juga sudah mulai merambah usaha pengolahan kelapa untuk minyak goreng, tepung, maupun arang batok kelapa untuk ekspor. Dia mengajak masyarakat Sikka dan NTT pada umumnya untuk merespon peluang ini dengan potensi sumber daya alam yang dimiliki saat ini.
“Kelapa itu saya kira komoditi yang sudah ada di masyarakat,” kata Teten.
Teten menjelaskan, saat ini Kemenkop UKM tengah mengucurkan bantuan hibah presiden sebesar Rp 9,1 juta dan Rp 12 juta untuk setiap pengusaha mikro di tengah pandemi Covid-19. Bantuan diberikan kepada pengusaha mikro yang kesulitan mengakses pinjaman perbankan.
“Memang penyalurannya disesuaikan dengan jumlah dari pada usaha mikro di setiap daerah target kita yang 9,1 juta sudah 100% dan kita sedang masuk ke yang 12 juta.”
“Pak Presiden sudah meminta kami untuk menyiapkan kemungkinan-kemungkinan dilanjutkan karena karena pandemi ini masih banyak usaha mikro yang masih berat. Dan ini kita akan lanjutkan mudah-mudahan angkanya bisa naik,” pungkasnya.