Lewoleba – Kepala Bidang Pengendalian dan Pencemaran Kerusakan Lingkungan Hidup pada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lembata, Gusti Lasar mengakui kalau intervensi anggaran dari pemerintah daerah untuk penanganan sampah masih sangat terbatas.
Akibatnya, sarana dan pra sarana yang ada tidak cukup untuk menangani masalah samoah di Kota Lewoleba. Masalah keterbatasan fasilitas pendukung dan tenaga kerja di lapangan untuk menangani sampah juga jadi kendala tersendiri.
Hal ini dikatakan Gusti dalam sesi diskusi terkait masalah sampah kegiatan Festival Sampah di Kelurahan Selandoro, Leweba, Selasa (27/10/2020).
“Sistem pengolahan sampah kita masih memakai paradigma lama, yakni kumpul, angkut dan buang,” paparnya. Gusti pun membeberkan data riil pelanggan sampah, fasilitas dan tenaga kebersihan di Kota Lewoleba.
Pelanggan sampah untuk 7 kelurahan di kota Lewoleba sebanyak total 7654 kepala keluarga. Namun sampai hari ini petugas kebersihan pemerintah baru melayani 751 kepala keluarga, 146 kios, 2 sekolah, 4 rumah sakit, 27 toko, dan 7 rumah makan.
“Ini data riil yang tenaga kebersihan layani. Kita sangat kekurangan sarana dan prasarana,” imbuhnya.
Menurutnya, Kabupaten Lembata sudah mempunyai 1 TPA di Waijarang. Sayangnya, TPA ini tidak bisa digunakan karena akses jalan yang belum baik. Armada kebersihan pun tak bisa menjangkau pelayanan di Kota Lewoleba. Hanya ada 7 bentor dan 2 truk pengangkut sampah.
Masing-masing pengelola bentor melayani 100 kepala keluarga (KK).
“Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri, saya ajak semua aktivis, pegiat, LSM untuk atasi masalah sampah ini. Kami sangat berharap kerja sama kita untuk atasi ini,” tandasnya.
Praktisi hukum Jupri Lamabelawa, menambahkan produk pemerintah yang mengatur masalah sampah tetap perlu dikawal, dan tentu harus ada keterlibatan masyarakat.
“Partisipasi masyarakat belum kelihatan. Masyarakat masih lihat sampah itu masalah pemerintah. Perlu peran aktif dari semua lapisan masyarakat yang harus banyak dilibatkan,” pungkasnya.
Hari terakhir Festival Sampah pada Kamis (28/10) diisi dengan kegiatan pembersihan sampah (clean up) di Pantai Wangatoa atau di lokasi kegiatan ini berlangsung.
Sekelompok anak muda Kota Lewoleba yang menginisiasi Festival Sampah ini berasal dari Sekolah Gembira, Trash Hero Chapter Lembata, Himpunan Pemuda Muslim Nubatukan, Perempuan Fenomenal, Pondok Ombay, OSIM MTS 2 Lembata, OSIM MAS Nursallam Lewoleba, Rumah Guru Bumi, Period Project Id, dan Sahabat Alam NTT. (Red)
Comments 1