Lewoleba – Para orangtua siswa SDK I Lewotolok, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata yang berada di pengungsian melakukan tatap muka bersama pengurus Pramuka Kwarda NTT dan Kwarcab Lembata pada Senin (27/9/2021).
Pertemuan ini membahas rencana pembangunan gedung darurat untuk sekolah SDK I Lewotolok di lokasi pengungsian warga di hamparan Kalabahi dan Koliwolor.
Para siswa SDK I dan II Lewotolok selama kurang lebih lima bulan, terpaksa mengikuti kegiatan belajar mengajar di bawah pohon dan tenda darurat di lokasi pengungsian setelah sekolah mereka roboh diterjang banjir bandang beberapa waktu lalu.
Ketua Kwarda Pramuka NTT, Petrus Sinun Manuk, mengatakan, pihaknya telah membangun komunikasi dengan beberapa pihak donatur dan LSM-LSM yang berada di Lembata untuk membicarakan kolaborasi pembangunan gedung sekolah darurat ini.
“Saya mengumpul beberapa teman-teman yang selama ini menjadi pemerhati dan ajak mereka. Selama ini kan kami kerja sendiri-sendiri. Tapi sejak hari Sabtu (25/9) kami sudah bersepakat untuk ke depan kami kolaboratif, kerja bersama-sama untuk memukul satu sasaran supaya cepat selesai,” kata Petrus.
Dia mengatakan saat ini pihaknya fokus pada pembangunan dua gedung sekolah di lokasi pengungsian yakni SDK 1 Lewotolok dan SDK II Lewotolok. “Tanahnya sudah ada tinggal bagaimana semuanya berkolaborasi,” ucapnya.
Menurutnya, hal penting yang dipikirkan pemerintah saat ini adalah nasib pendidikan anak-anak yang berada di pengungsian. Para siswa di sekolah ini terpaksa harus duduk di alas terpal. Meski tetap semangat namun mereka tampak kesulitan menyesuaikan diri dengan KBM di bawah pohon dan tenda darurat.
“Anak tidak boleh tidak sekolah. Karena sejak erupsi November tahun lalu sampai banjir bandang dan longsor saat ini, anak tidak pernah sekolah dengan baik karena tempat belajar mereka tidak ada,” ungkap mantan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT ini.
Memanfaatkan beberapa bantuan dari donatur yang hendak didistribusikan, Petrus mengatakan Pramuka Kwarda NTT siap berkolaborasi dengan semua pihak untuk menuntaskan persoalan pendidikan bagi anak-anak di pengungsian.
Saat ini beberapa pihak sudah mulai menyatakan bantuan untuk pembangunan sekolah darurat bagi anak-anak di Desa Amakaka dan Lamawara yang bersekolah di SDK I dan II Lewotolok. Satu di antaranya adalah anggota DPR RI Sulaeman Hamzah yang akan menyumbangkan seng dan uang tunai senilai Rp 20 juta.
Mathildis Tulid, salah satu orangtua siswa SDK I Lewotolok berharap pemerintah dan semua pihak dapat memerhatikan sekolah anak-anak mereka.
Memanfaatkan tanah milik desa dan warga yang memberikan hibah sementara, sekolah darurat ini akan bisa didirikan jika semua pihak dapat terlibat.
“Supaya anak-anak juga bisa dapatkan tempat yang layak untuk sekolah. Ada kursi dan meja belajar. Karena saat saya antar anak ke sekolah saya lihat kelas tiga dan empat belajar di bawah pohon,” kata Mathildis.
“Saat guru sedang mengajar anak-anak kelas empat, anak-anak di kelas tiga ada yang lari lari atau sedang belajar juga di tempat yang sama. Jadi sekolahnya tidak terlalu terarah,” lanjutnya.
Dia menyatakan para orangtua siswa siap untuk berkerjasama membangun sekolah darurat ini.
“Kami orangtua juga mau kerjasama dengan sekolah dengan LSM, apa saja. Kami siap bongkar (puing-puing) sekolah yang lama itu untuk kita bangun darurat di tanah desa. Kami orangtua siap berpartisipasi dan bekerjasama,” ucap Mathildis.
Saat ini Pramuka Kwarda NTT bersama Pramuka Kwarcab Lembata sedang melakukan survei lokasi untuk pembangunan sekolah ini. (Red)