Jakarta – Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Aptika Kominfo) menggelar ngobrol bareng legislator membahas tantangan pemuda di era digital, pada Senin, 20 Juni 2022. Pelaksanaan giat itu dari GP Studio secara Hybrid via zoom dan live YouTube, Bravo Aksara.
Mengangkat tema, “Tantangan Pemuda Di Era Digital” Dirjen Aptika Kominfo menghadirkan narasumber handal. Diantaranya Ketty Nella Simbolon (Pegiat Komunikasi), M. Hakam Amarullah (Wasekjen DPP Garda Pemuda NasDem). Dan, Hillary Brigita Lasut, S.H., LL.M (Anggota DPR RI).
Dirjen Aptika Kominfo RI, Semuel A. Pangerapan, B.Sc., M.M, dalam sambutannya menyampaikan kehadiran teknologi digital sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat yang kian mempertegas kita sedang berada di era percepatan transformasi digital.
“Namun masifnya pengguna internet di Indonesia membawa berbagai resiko. Seperti penipuan online, hoaks, cyber bullying dan konten-konten negatif lainnya,” kata Samuel.
Kementerian Kominfo mengemban mandat dari Presiden Jokowi sebagai garda terdepan dalam memimpin upaya percepatan transformasi digital bangsa Indonesia. Dalam mencapai visi dan misi tersebut Kementerian Kominfo memiliki peran sebagai regulator, fasilitator, dan akselerator di bidang digital di Indonesia.
“Dalam rangka menjalankan salah satu hal tersebut terkait pengembangan SDM digital Kementerian Kominfo bersama gerakan nasional literasi digital siber kreasi serta mitra dan jejaringnya hadir untuk memberikan pelatihan literasi digital yang menjadi kemampuan digital tingkat dasar bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Berbagai pelatihan literasi digital yang kami berikan berbasis empat pilar utama. Yaitu, kecakapan digital, budaya digital, etika digital dan keamanan digital,” ujarnya.
Milenial Sebagai Agen Perubahan di Era Teknologi 4.0
Hakam Amarulah dalam pemaparannya menekankan bahwa making Indonesia 4.0 mencerminkan kesungguhan negara sedang beradaptasi dengan ragam perubahan besar pada era revolusi industri ke empat (4.0) sekarang ini.
Kewajiban negara pula untuk menyiapkan generasi milenial menjadi angkatan kerja yang kompetitif dan produktif sepanjang era industri 4.0 tersebut.
Menurut Hakam, fakta bahwa Indonesia sudah menapaki era Industri 4.0, ditandai dengan serba digitalisasi dan otomasi.
Konsekuensi logis atau dampak dari perbagai perubahan itu, kata Hakam, seperti toko kovensional yang tutup karena sebagian masyarakat lebih memilih sistem belanja online.
“Dengan adanya e-banking dan berlakunya ketentuan e-money menyebabkan sebagian penyedia jasa di bidang pembayaran mengurangi pegawai,” jelas Hakam
Industri surat kabar pun mengalami penurunan skala bisnis yang cukup signifikan. Karena tak bisa menghindari dampak dari pesatnya pertumbuhan media online.
Lebih jauh Hakam menyebutkan bahwa teknologi 4.0 ditandai dengan internet of things, media sosial, alat telekomunikasi (handphone) dan aplikasi (software). ***