Ia seorang pelaut yang banting setir ke pasar modal dan kini meraih sukses. Memiliki sejumlah diversifikasi bisnis, termasuk sebuah resort di Baniona, Adonara, Flores Timur yang segera beroperasi.
Ernst Vatter boleh saja menulis bahwa Adonara, pulau yang terletak di gugusan kepulauan Solor itu, adalah pulau para pembunuh. Tetapi bagi mereka yang pernah datang kesana, siapa yang akan memungkiri bahwa pulau ini memiliki sejuta pesona budaya dan alam yang sangat indah? Belum lagi, semua potensi ini belum terjamah industri pariwisata.
Dan pria ini akan membuktikan bahwa apa yang dikatakan oleh penulis asal Belanda itu sebagai sebuah klaim yang tidak benar. Adonara dengan berbagai keindahan yang dimiliki menjadi sebuah pulau yang wajib dikunjungi, terutama bagi wisatawan penikmat laut.
Adalah Veri Rianghepat atau Vier Abdul Jamal, pria asal Desa Lamabunga kelahiran Pontianak 19 Juni 1969. Ia melewati masa kecil hingga remaja bersama kedua orang tuanya Nama Tuan Paulus Boga Rianghepat dan Rosmani di Sorong, Papua. Ayahnya asli Adonara dari kampung Lamabunga, sedangkan ibundanya berdarah campuran, Minang-Melayu-Bugis.
Hari ini, pasar modal di Indonesia maupun para investor luar negeri yang kerap berlantai di Bursa Efek Indonesia, tidak asing dengan sosok satu ini. Ia dikenal sebagai legenda pasar modal Indonesia lantaran kiprahnya dalam beberapa aksi yang berani dan taktis hingga berujung pada seabrek keuntungan, baik bagi dirinya pun para investor yang berada di belakangnya.
Vier pemilik sekaligus CEO Vier Corporation, adalah sosok yang selama ini tidak pernah muncul di dalam pemberitaan media lokal. Namun ia menjadi representasi dari karakteristik Lamaholot, khususnya Adonara di belantara pasar modal yang tidak hanya butuh kecerdasan dan analisis yang tajam, tetapi juga nyali ketika nasib triliunan rupiah itu hanya ditentukan sekian detik. Paling tidak hari ini, gurita bisnisnya pun sudah merambah kemana-mana.
Vier Lines adalah sebuah perusahaan penyewaan kapal-kapal tangker. Juga bisnis air minum ketika baru-baru ini, melalui Vier Corporation membeli 50% saham sebuah perusahaan air minum dalam kemasan yang pabriknya di Bogor. Tidak hanya itu, sejak lama dia juga sudah merambah bisnis penyewaan kapal pesiar, jenis kapal yang biasa dipakai oleh wisatawan mancanegara. Ada belasan unit yang saat ini dia tempatkan di Singapura untuk disewakan, sementara 30-an unit ada di Norwegia.
Kolektor mobil mewah sekelas Ferari dan kawan-kawannya ini pun menyadari bahwa dirinya memiliki tanggungjawab untuk membangun kampung halamannya. Itu sebabnya, di Adonara pun saat ini ia tengah membangun sebuah kawasan hotel dan resort di pantai Baniona, Wotan Ulumado. Resort dengan target pasar adalah kalangan menengah ke atas itu, dia beri nama Amanama Resort, sebagaimana nama ayahnya.
Amanama Resort diintegrasikan dengan fasilitas kapal pesiar Adonara Discovery Bay dengan konsep high end (upscale) resort. Yang dibidik ialah wisatawan manca negara dan wisatawan Nusantara yang gemar berwisata pantai dan laut.
“Wisatawan dapat menikmati keindahan teluk Adonara secara langsung dari atas kapal,” kata dia.
Pria yang baru saja menyelesaikan programnya di Harvard Business School, Amerika ini sadar betul bahwa pariwisata di Adonara tidak akan berjalan dengan baik jika rakyat masih berteriak karena kekurangan air minum dan air bersih. Melalui asistensi dari eksekutif di perusahaan AMDK miliknya itu, Vier akan membuat sebuah program penyediaan air besih dan air minum bagi masyarakat di pulau itu.
Sementara untuk memenuhi kebutuhan di Amanama Resort, perusahaanya di Bogor ini akan memasok langsung dalam bentuk galon maupun kemasan yang kecil ke Adonara.
Penyediaan air bersih bagi warga masyarakat Adonara ini akan dia lakukan melalui bendera Vier Foundation, sebuah yayasan yang dia dirikan untuk memayungi aktivitas sosial perusahaannya. Yayasan ini sudah banyak melakukan kegiatan solidaritas sosial seperti bantuan pembangunan gereja, masjid, perpustakaan, beasiswa dan lain sebagainya.
Kaos oblong dan sandal jepit
Vier kerap pulang ke Adonara. Kadang bersama istri dan anak-anaknya, juga para sahabatnya. Terakhir, ia mengajak serta cucu dari salah satu konglomerat pemilik perusahaan kopi. Anda yang tinggal di Waiwerang atau Larantuka boleh jadi pernah berpapasan dengannya, tetapi pastinya akan sulit mengenalinya sebagai seseorang yang memiliki segalanya itu.
Ia benar-benar melepaskan semua kemewahan dari dirinya dan ia menjalani betul kehidupan di kampung Lamabunga. Bahkan, penampilannya pun jauh dari kesan formal dan wah! Sandal jepit, kaos oblong, celana pendek dan sebuah tas yang melingkar. Ia menikmati itu semua, bahkan puteranya pun jika pulang ke kampung, bukan masalah jika harus menumpang mobil pick up.
Vier sejatinya berasal dari keluarga yang kondisi ekonominya pas-pasan. Ia ingat betul bagaimana sang ayah menjual kamera untuk membiayai sekolahnya, bahkan rela berhari-hari menyeberangi lautan untuk mengantar Vier menuju Jawa, demi menimba ilmu.
“Kami pernah mengalami masa-masa sulit yang penuh perjuangan,” tutur dia.
Vier dibesarkan dalam lingkungan keluarga pelaut. Karena itu pula, ia sangat mengidolakan Kapten Rivai, nahkoda Kapal Tampomas II yang menunjukan heroisme saat tragedi kapal itu terjadi di perairan Masalembo, Makassar antara 25 – 27 Januari 1981. Hal penting yang kemudian mengantarkan dia menjadi seorang pelaut setelah menempuh pendidikan kelautan di Pendidikan dan Latihan Ahli Pelayaran (PLAP) Jakarta. Tempat dimana ia ‘dibaptis’ dengan julukan The Shark atau ikan hiu.
The Shark ini memulai karir di dunia pelayaran pada Nippon Yusen Kaisha Limited, sebuah perusahaan pelayaran internasional, sebagai junior marine engineer dan lulus sebagai senior officer. Vier juga pernah menjadi FPSO engineer di Marathon Petroleum, perusahaan minyak Inggris-Amerika dan Clyde British Petroleum.
Ia masuk pasar saham Indonesia mulai dengan transaksi kecil-kecilan, hanya 10 lot. Lalu berkembang hingga pada 2006 ia mendirikan Vierson & Daughter Investment Company dengan dana kelolaan sekitar US$ 3 juta.
Lama kelamaan karirnya pun meroket melalui sejumlah keputusan besar yang dia ambil. Seperti yang dia buktikan saat dampak krisis global mencapai puncaknya di Indonesia dimana saat itu harga saham BNI terjun bebas hingga ke kisaran Rp500 – 600 dari level tertinggi Rp 2.100.
Tidak hanya faktor krisis global, kinerja keuangan bank itu pun menurun pada tahun 2008 itu. Laba bersih BNI melorot. “Di tengah kepanikan, mayoritas pelaku pasar bereaksi negatif dan terus melepas saham BNI. Mereka tidak menyadari, turunnya laba bersih BNI lebih disebabkan kehati-hatian dan langkah antisipatif bank tersebut.
Pada saat itu, nyali Vier pun muncul. Dalam benaknya, ia menganalisa bahwa pada saat kondisi perekonomian kembali membaik, maka kinerja bank ini pun pulih dan dengan sendirinya harga saham pun kembali menanjak. Ini yang menjadi dasar baginya untuk memborong saham BNI di saat investor lain menjauhinya. Sebuah keputusan yang mendatangkan banyak pertanyaan, bukan saja dari sesama pelaku pasar modal, tetapi juga dari para investor yang dananya dikelola oleh Vier.
Insting tajamnya pun terbukti. Pada 2009, kinerja BNI membaik dan harga saham bank itu pun melonjak menembus Rp1.500 per lembar. Pada November 2009, bahkan mendekati harga saat IPO (initial public offering – penawaran saham perdana ke publik), yakni Rp2.025.
Selama pula Vier dengan tekun memperdagangkan saham BBNI hingga para investor yang tadinya meragukan langkah ini pun berhasil mendapatkan keuntungan sekitar Rp1,2 trilyun.
Total prosentase keuntungan yang ia catatkan mencapai 200%. Dan, sesuai perjanjian, dia berhak atas 40 persen dari keuntungan bersih jika mendapat keuntungan di atas 40 persen. Ia pun memperoleh bagian lebih Rp 400 miliar, hanya dengan bekerja selama lebih kurang enam bulan.
Tidak hanya itu saja. Sejumlah perusahaan yang sudah go public pun ditangani oleh Vier Corp. Bahkan saat ini pun sejumlah perusahaan sedang antri untuk melakukan go public. Vier dan perusahaanya pula yang menjadi pembeli terbesar saham perusahaan itu. Semuanya ini dapat ia lakukan karena, di belakangnya ada deretan investor kakap dunia dengan kemampuan menghasilkan volume transaksi harian hingga triliunan rupiah.
Pesan almahrum Sang Ayah
Di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Pesan dari sang ayah itu, hingga sesukses ini pun terus terngiang di telinga dan terus melekat di dalam hatinya. Dengan pesan itu pula, Vier berhasil melewati berbagai kondisi sulit dan terus meraih sukses hingga kini. Ia juga berhasil mendirikan dan mengawaki sejumlah korporasi yang sukses malang melintang dalam bisnis pelayaran dan pasar modal.
Sang ayah menempa Vier menjadi entrepreneur yang tak kenal menyerah. Berkat kegigihannya, Vier berhasil melalui badai kehidupan yang menghampirinya silih berganti. Ayahnya pun mengajarkan Vier untuk tetap berhati-hati dan menempatkan kejujuran sebagai kunci penting dalam kehidupan. Meski sang ayah telah tiada, Vier tetap memegang teguh segala nasihat dan nilai-nilai yang diajarkannya itu.
“Nasihat ayah saya sangat luar biasa sehingga membuat saya menjadi seperti sekarang ini,” papar suami Maya Dhamayanti ini.
Selain bisnis, ibadah dan keluarga menjadi dua dari antara sejumlah fokus yang ia jalani. “Bila dekat dengan Allah SWT, insya Allah kita diberi kemudahan.”
Sementara tentang keluarga, bagi Vier peran keluarga sangat penting. “Ketika saya menghadapi berbagai masalah berat, keluargalah yang setia untuk memperkuat saya menghadapi masalah tersebut.” (*/red/tld)