Lewoleba – Sebagian penyintas banjir bandang dan longsor akibat siklon tropis seroja di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur saat ini masih berada di lokasi pengungsian yang berada di kebun-kebun.
Mereka bertahan sambil menunggu hunian tetap di relokasi pemukiman Waisesa, Podu dan Tanah Merah.
Di tengah kondisi yang sulit, mereka tetap bertahan di pondok-pondok darurat sekitar lokasi pemukiman ini. Ironinya sampai saat ini mereka masih mengalami kesulitan air bersih untuk kebutuhan memasak, minum dan MCK.
Mereka harus mengeluarkan uang sebesar Rp 15 ribu untuk mendapatkan bantuan air bersih. Itu pun hanya cukup untuk memasak dan minum.
Sedangkan untuk mandi dan mencuci mereka hanya mengandalkan air payau yang berbahaya bagi kesehatan anak-anak mereka. Bantuan air bersih yang sering mereka peroleh kini tidak mereka dapatkan lagi.
“Air itu tiga hari yang lalu kami beli satu drum Rp 15 ribu. Kami keluarga besar jadi satu minggu tidak sampai, hanya dua sampai tiga hari. Ada anak kecil untuk mandi, (kalau air sumur) dia rasa asin. Buat masak juga cepat habis,” kata Dominika Deram kepada BentaraNet di lokasi pengungsian Waisesa, Jumat (6/8/2021).
Dominika mengatakan, saat ini mereka sudah tidak lagi mendapatkan bantuan air minum. Padahal saat ini mereka hanya mengandalkan hasil kebun berupa jagung untuk mendapatkan uang.
Hal yang sama juga dikatatakan pengungsi lainnya, Maria Isabela Sabut, warga Desa Tanjung Batu, Kecamatan Ile Ape yang saat ini mengungsi di Waisesa.
“Uang untuk beli air kami dapat dari jualan hasil kebun seperti jagung. Sedikit-sedikit. Biasanya kami jual dengan harga Rp 200-300 ribu. Nanti kita pakai untuk beli beras , sabun, gula pasir, kopi dan iuran sekolah anak-anak. Sisanya untuk beli air,” kata Maria.
“Kalau dari sumur bisa untuk mandi. Sumur bor kami pakai untuk mandi, untuk masak tidak bisa. Kalau minum air dari sumur bor berarti langung kita dapat batuk berkepanjangan. Airnya asin,” kata Maria.
Dominika dan Maria terus berharap pemerintah tetap memerhatikan mereka selama masih berada di pengungsian. Pemerintah saat ini sedang menyiapkan 700 unit hunian tetap di tiga tempat relokasi untuk para penyintas. (Red)