SoE – Komite Penyandang Disabilitas (KIPDA) Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) kembali menyambangi kaum difabel di Kecamatan Molor Utara, tepatnya di Desa Lelobatan dan Desa Tomanat, Rabu (30/9/2020).
Selain bersilahturahmi, KIPDA TTS juga memberikan bingkisan berupa paket sembako, masker serta hand sanitizer bagi 80 orang penyandang disabilitas.
Pada Kesempatan itu, Ketua KIPDA TTS, Imenuel Nuban meminta partisipasi pemerintah desa untuk mendata semua penyandang disabilitas di desa masing-masing.
Menurutnya, dengan data yang valid, maka akan menjadi rujukan bagi pemerintah daerah untuk bisa melakukan intervensi.
“Kami ingin semua penyandang disabilitas di TTS terdata, semua penyandang disabilitas tersentuh bantuan, mendapatkan pelayanan pendidikan, kesehatan, mendapatkan pekerjaan yang layak dan dilibatkan dalam perencanaan dan pembangunan di desa,” jelas Ima.
Pada kesempatan itu, Kepala Desa Lelobatan, David B Baun menyampaikan apresiasi kepada KIPDA Kabupaten TTS atas setiap aksi sosial yang dilakukan.
David juga menerima usulan KIPDA Kabupaten TTS dan bersedia untuk melakukan pendataan ulang. Hal itu untuk memastikan semua penyandang disabilitas bisa terdata.
“Terima kasih kepada KIPDA Kabupaten TTS yang sudah mengunjungi dan melihat langsung kondisi masyarakat kami. Kami siap bersinergi untuk menyediakan data yang valid dan terupdate,” kata David kepada BentaraNet.
Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten TTS, Marcu Buana Mbau meminta perhatian pemerintah desa terhadap penyandang disabilitas usia sekolah untuk bisa didukung dalam mendapatkan pendidikan yang layak.
“Mereka ini (penyandang disabilitas usia sekolah) harus mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah desa supaya kedepan mereka juga dapat bermanfaat bagi orang lain,” ujar Marcu.
Ia yakin, penyandang disabilitas adalah orang-orang yang bisa berprestasi lebih dari orang normal. Untuk itu, perlu dukung dari lingkungan sekitar.
“Saya sampai bisa jadi Ketua DPRD karena saya bisa mengenyam pendidikan yang layak seperti mereka yang normal dan semua itu karena dukung orang tua, lingkungan dan juga pemerintah desa,” kata Marcu.
Marcu sendiri merupakan penyandang disabilitas. Menurut ceritanya, saat masih SD, Ia harus digendong oleh orang tuanya menuju sekolah dan digendong lagi kembali ke rumah usia jam sekolah.
“Tapi saya tidak patah semangat. Saya terus berusaha dan saya sangat senang kalau ada kompetisi. Disitu saya buktikan kalau saya bisa lebih berprestasi dari mereka,” kisah Marcu memberi motivasi.
Turut hadir pengurus KIPDA TTS di antaranya, Wakil Sekretaris KIPDA TTS, Erna Manafe, Ketua Divisi Pendataan, Sanu Nuban, Ketua Divisi Pelatihan, Risto Baitanu, Katua Divisi Humas, Arwadi Asbanu.