SoE – Pekerjaan aspal lapis penetrasi (lapen) di Desa Se’i, Kecamatan Kolbano, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yang baru dikerjakan pada awal Mei 2020 lalu diduga dikerjakan asal jadi. Akibatnya proyek ini kini sudah rusak.
Mirisnya, proyek yang dikerjakan menggunakan angaran dana desa tahun 2020 itu tidak memliki papan informasi mengenai proyek ini.
Sejumlah warga yang ditemui di lokasi pekerjaan di Leon’oto, Desa se’i, Rabu (1/7/2020) merasa dirugikan dengan pekerjaan tersebut. Warga mengatakan, proses pengerjaan yang dilakukan, melupakan beberapa item penting yang mendukung kualitas jalan lapen tersebut.
Beberapa masyarakat yang ditemui di lokasi pekerjaan menduga kualitas sirtu yang digunakan kurang bagus. Kemudian ada batu pecah atau makadam yang tidak digunakan dalam konstruksi jalan lapen tersebut. Konstruksi tersebut diduga hanya menggunakan batu pecah ukuran 3-5 cm dan 2-3 cm.
Maksi Laisnesi, salah satu warga yang berada dilokasi, mengatakan, pekerjaan pembangunan di desa harusnya memberikan kesejahteraan bagi masyarakat yang menikmati pembangunan. Bukan sebaliknya merugikan.
Maksi juga meminta agar hak masyarakat segera diberikan sesuai dengan janji Tim Penyedia Barang dan Jasa (TPBJ) dan pemerintah desa. Hak yang dimaksudkanya adalah upah material dan juga upah harian orang kerja (HOK) bagi 122 pekerja.
“Kami butuh adalah keadilan dan membuat masyarakat ini merasa sejahtera. Adil dalam arti membayar HOK masyarakat. Sejahtera apabila jalan kami tidak seperti ini (rusak),” ujar Maksi.
Warga lainnya, Alexander Nenotek mengaku kecewa dengan pekerjaan jalan ini. Dia sangat menyayangkan proses pengerjaan yang tidak mengutamakan kualitas jalan sehungga terkesan hanya mengahabiskan uang masyarakat tanpa manfaat. “Pemerintah sudah kasih dana. (pekerjaan) Yang merugikan juga dikasih kemasyarakat,” kata Nenotek
Masyarakat desa, aku Nenotek, juga terus merasa dibohongi selama proses pengerjaan jalan ini. Masyarakat sudah menyediakan material kemudian sudah bekerja sesuai instruksi, namun upah sebagai ganti atas kerja mereka tak kunjung dibayarkan.
“Masyarakat belum peroleh hak juga, diantaranya material yang sementara ini kita pakai (untuk lapen) juga belum bayar. HOK-nya juga belum. Jalan (sudah) rusak,” ujar Nenotek penuh kecewa.
Pantuan media ini, terdapat beberapa titik dimana batu pecah yang digunakan sudah berhamburan dan tampak seperti tumpukan-tumpukan batu yang dibuang begitu saja. Kerusakan tersebut lebih banyak terjadi pada tanjakan. Bahkan menurut beberapa warga yang ditemui, ada mobil yang tidak bisa melewati tanjakan akibat pecahan-pecahan batu yang sudah betebaran.
Warga juga mengaku tidak mengetahui sumber dana yang digunakan dalam pengerjaan jalan ini. Sebab, dari awal pengerjaan jalan, pemerintah desa tidak transparan. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya papan informasi proyek di lokasi proyek ini.
“Kami tidak tau dananya dari mana. Hanya suruh bilang kumpul material, kami kumupul,” kata Nenotek.
“Selama ini kerja tapi papan (informasi proyek) tidak ada”, kata warga lainnya, Lukas Leonidas Nenotek.
Warga mengaku selama hujan tidak turun selama pengerjaan jalan ini. Hujan baru turun saat sebagian besar pekerjaan sudah selasai.
Kepala Desa Se’i, Enos Biaf saat ditemui di kantor Desa Se’i enggan berkomentar. Biaf pun tidak mengetahui besaran anggaran yang digunakan untuk pembangunan lapen ini. “Kecuali di RAB. Ada beberapa titik to. Ada di Leon’oto (sementara rusak) dan ada satu disini,” kata Biaf.
Biaf hanya diam saat ditanya. Ia hanya mendengarkan apa yang dijelaskan oleh Pendamping Desa Kecamatan Kolbano, Toni Banunaek yang hadir pada saat itu di kantor Desa Se’i. Toni menyebut, kerusakan tersebut masih bisa diperbaiki selama rentan waktu satu tahun ini. Ia bahkan tidak setuju pekerjaan tersebut dikatakan rusak dan dinilai terlalu terburu-buru untuk hal tersebut.
“Selama satu tahun sampai tanggal 31 Desember, masih bisa ada perbaikan”, ujarnya.
Dia mengatakan, kerusakan yang terjadi bukan disengaja, namun karena saat dikerjakan cuaca kurang bersahabat sehingga pengerjaan jalan sempat terhenti. “Waktu itu kerja selama satu minggu. Sudah mau sampai dibeberapa titik itu hujan besar satu minggu,” jelasnya.
Toni bahkan menilai wajar apabila Kepala Desa Se’i tidak mengetahui besaran anggaran dalam suatu proyek di desanya, karena Kepala Desa Se’i sudah memberikan wewenang kepada TPBJ. “Kadang-kadang bilang bapak desa tidak tau, kerena memang desa sudah berikan tugas tanggung jawan kepada TPK untuk menyelesaikan pekerjaan,” ujar Toni penuh percaya diri.
Terkait papan informasi proyek yang tidak ada di lokasi pekerjaan, Pendamping Lokal Desa Se’i, Yoahnis Thoma, menjelaskan, pihaknya pernah memasang papan informasi, namun curah hujan yang sangat tinggi menjadi alasan rusaknya papan informasi. Hingga kini papan informasi masih belum dipasang di lokasi pekerjaan.
“Kemarin sempat hanya hujan ini (merusak papan informasi). Kami belum cetak lagi, kan pekerjaan belum selesai”, kata Thoma.
Thoma menerangkan, pekerjaan ini masih terus berlanjut. Tahun 2020 masih dalam tahap pemeliharaan, sementara untuk tahap perawatan pada tahun 2021. “Tahun 2021 baru perawatan. Ini masih kerja”, jelasnya.
Hal tersebut juga dibenarkan Toni. Bahkan dirinya berkali-kali mengatakan saat ini pekerjaan tersebut belum bisa dinyatakan sebagai temuan kerusakan karena masih dalam proses pengerjaan. “Itu terlalu dini. Sebab begini, per 31 Desember itu, setelah itu kalau pekerjaan belum selesai baru dinyatakan temuan. Terlalu dini kalau orang cek-cek itu barang (pekerjaan yang sudah rusak),” ujar Toni.