Kupang – Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Uksam B Selan dan Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten TTS, Marten Tualaka menyelesaikan satu tahap tugas akhir mereka sebagai kandidat doktor, yakni seminar proposal disertasi, Rabu (14/10/2020).
Sebagai kandidat doktor pada Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang, keduanya menyoroti masalah pendidikan dan juga kemiskinan di Kabupaten TTS.
Ujian itu berlangsung dalam dua sesi yakni tatap muka dan juga online. Pada sesi ujian tatap muka, keduanya diuji oleh Prof. Maria Noach, Ph.D dan Dr. Zainur Wulla. Pater Gregorius Neonbasu menjadi co-promotor untuk kedua kandidat doktor ini. Sementara pada sesi ujian online keduanya diuji oleh Dr. Oditha Hutabarat, M. Th dan Dr. Radjiman Sitolu, M. Th.
Marten mengangkat judul disertasi ‘Sosok Kemiskinan dan Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)’
Marten dalam pemaparannya mengatakan, selama ini ada begitu banyak program pembangunan dari pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten sampai tingkat desa dengan anggaran yang cukup besar namun Kabupaten TTS masih tergolong miskin.
Menurutnya, tidak ada perubahan signifikan yang bisa merubah kondisi kehidupan masyarakat. Sehingga dari tahun ke tahun Kabupaten TTS tetap dilabeli kabupaten termiskin pertama di TTS.
“Sepertinya ada yang salah dengan kebijakan pembangunan sehingga tidak ada perubahan”, ujar Marten.
Ia juga menyoroti indikator dalam penentuan angka kemiskinan di Kabupaten TTS. Menurutnya, budaya orang Timor berbeda dengan orang Jawa. Untuk itu, indikator dalam menentukan kemiskinan tidak bisa disamakan.
Prof. Maria Noach,Ph.D menyarankan agar Marten mencari tahu apa penyebab masyarakat di Kabupaten TTS masih miskin.
“Cari tahu faktor apa yang membuat masyarakat masih tetap miskin. Karena anggaran yang dikucurkan setiap tahun itu sangat besar, tapi masyarakatnya tidak ada perubahan,” ujar Noach.
Sementara itu, Uksam mempertanggungjawabkan proposal disertasinya yang berjudul ‘Kontribusi Pendidikan Karakter bagi Generasi Milenial di Kabupaten Timor Tengah Selatan’.
Menurutnya, perkembangan teknologi yang semakin pesat, selain membawa banyak dampak positif, ada juga dampak buruk bagi generasi milenial. Dampak buruk itu, kata Uksam seperti kemudahan bagi generasi milenial dalam mengakses pornografi, pornoaksi, serta degradasi karakter.
Degradasi karakter dan ditopang oleh penyalahgunaan teknologi sering berujung tawuran, pergaulan bebas, hubungan di luar nikah hingga kasus pemerkosaan.
“Generasi milenial kehilangan identitas. Kalau dulunya anak-anak lewat di depan orang lain selalu bilang haim pal mis (bahasa Dawan : permisi), sekarang ini tidak ada lagi seperti itu,” ujar Uksam.
Ia menilai, dunia pendidikan saat ini belum mampu mengembalikan identitas diri para milenial. Dalam Kurikulum 2013 yang mensyaratkan pendidikan karakter, nilai-nilai yang harus menjadi acuan penilaian, menurut Uksam, masih ada beberapa nilai yang belum dimuat.
Salah satu nilai yang penting diajarkan adalah tentang kebudayaan. Uksam menguraikan, kebudayaan orang Timor mengajarkan etika bagi anggota masyarakat dan itu selalu dipegang teguh serta terus dilaksanakan oleh para orang tua terdahulu.
Masyarakat Boti di Kabupaten TTS, jelas Uksam, menjadi bukti nyata dari pelestarian budaya serta nilai dan norma-norma kehidupan orang Timor. Selama ini, masyarakat Boti hidup rukun dan damai serta tidak pernah terjadi kasus-kasus seperti yang terjadi pada kaum milenial saat ini.
Pada kesempatan itu, Dr. Zainur Wulla meminta Uksam untuk memfokuskan penelitiannya nanti pada pendidikan formal atau nonformal.
“Harus lebih spesifik, apakah penilitian di lembaga pendidikan formal atau nonformal. Kalau pada lembaga nonformal bisa meneliti tentang kehidupan masyarakat Boti, kemudian dibuatkan sebuah model pendidikan karakter yang mengambil nilai-nilai dari kehidupan masyarakat Boti yang bisa diterapkan pada pendidikan formal,” ujar Zainur.
Seusai seminar, kedua kandidat doktor itu akan memperbaiki proposal disertasi itu dengan memperhatikan masukan-masukan dari para penguji serta masukan dari co-promotor.
“Kita masih ada perbaikan lagi. Yang jelas kita ingin agar hasil penelitian kita nanti bisa menjadi acuan untuk melakukan perubahan di Kabupaten TTS,” ujar Marten.