Catatan untuk Emas SMP Lembah Seburi Adonara Barat
Oleh: Paul Lamawitak
Tidak banyak yang tahu tentang salah satu lembaga pendidikan yang terletak di lembah Seburi ini. Ketika masih menempuh pendidikan di SMPN I Adonara Barat, saya sudah mendengar tentang salah satu sekolah SMP yang terletak di Lembah Seburi, Adonara Barat, Flores Timur ini.
Saya tidak ada data soal seberapa jauh kualitas dari SMP Lembah Seburi ini. Tetapi saya tidak melihat/membahas tentang kualitas dan berbagai indikator penilaian tentang akreditasi atau apapun terkait pemenuhan berbagai regulasi tentang penetapan kualitas sebuah lembaga pendidikan/Sekolah Menengah Pertama.
Bagi saya, urusan kualitas adalah juga soal perjalanan waktu dan berbagai indikator pendukung lain yang berhubungan erat dengan sarana prasarana dan sumber daya manusia.
Ada beberapa alasan mengapa saya harus menulis catatan ini; catatan tentang dunia pendidikan dan berbagai lembaga pendidikan ‘fenomenal’ yang sudah lebih dari 4 dekade berkaya untuk anak-anak bangsa di pelosok Negeri.
Salah satu dari sekian banyak itu adalah SMP Lembah Seburi. Alasan Pertama; hari ini SMP Lembah Seburi merayakan Emas Berdirinya (1971-2021). Segenap insan pendidikan di wilayah Adonara Barat dan Adonara Tengah pasti tahu dan bahkan ada yang sudah mengenyam pendidikan di lembaga pendidikan ini.
Saya bukan alumni SMP Lembah Seburi. Tetapi saya merasa memiliki kebanggaan sendiri atas berdiri, berkarya dan berprestasinya SMP Lembah Seburi untuk alumni dan masyarakat. Setidaknya mereka telah memberikan sumbangan yang amat sangat berarti bagi pendidikan anak-anak Adonara Barat dan Adonara Tengah.
Alasan Kedua; Pendidikan dan perkembangan karakter dalam dunia praktek/pengalaman. Link and match dunia pendidikan dengan dunia kerja sudah mendapatkan validasi dan regulasinya lewat Kurikulum Merdeka Belajar. Berbicara tentang merdeka belajar, saya teringat satu tokoh pendidikan John Dewey yang sudah mendengungkan tentang keselarasan dunia pendidikan dengan pengalaman.
Pendidikan mesti memberikan faedah bagi kehidupan masyarakat. Bagi Dewey, benar tidaknya satu teori tergantung pada berfaedah atau tidaknya teori tersebut bagi kehidupan masyarakat. Jika demikian, maka ukuran utilitas pedidikan adalah pada azas manfaatnya bagi kehidupan dan memajukan kehidupan itu sendiri.
Kata kunci dari filsafat pendidikan Dewey adalah pengalaman (experience). Pengalaman adalah keseluruhan kegiatan dan hasil yang kompleks serta bersegi. Banyak dari interaksi aktif manusia sebagai makhluk hidup yang sadar dan bertumbuh dengan lingkungan di sekitarnya yang terus berubah dalam perjalanan sejarah (Sudarminta, 2004). Pengalaman dalam pandangan Dewey adalah basis pendidikan.
Pemikiran tentang pengalaman dalam dunia pendidikan sebagai reaksi atas kecenderungan di zamannya dimana terjadi pereduksian yang signifikan terhadap peran pengalaman. Pereduksian pengalaman ini terutama dilakukan oleh para penganut emperisme Inggris yang bersifat atomistik, dimana pengalaman hanyalah sebatas data indrawi; penglihatan dan pendengaran terhadap lingkungan sekitarnya.
Protes Dewey juga ditujukan terhadap kaum rasionalis yang melihat pengalaman sebagai sebuah kebenaran yang tidak pasti dan cenderung mengecoh. Pada titik ini, kaum rasionalis melakukan apa yang disebut “the fallacy of intellectualism”. Pendewaan yang dilakukan kaum rasionalis terhadap kekuatan pengetahuan intelektual menjadi titik awal kritik Dewey.
Bagi kaum rasionalis, pengalaman hanyalah sebuah bentuk primitif dari pengetahuan. Dewey kemudian memberikan premis yang lebih khusus berkaitan dengan pengalaman, dimana pengalaman adalah sebuah konteks yang lebih kompleks dibandingkan dengan pengetahuan intelektual. Dewey sebenarnya sadar bahwa pengalaman menjadi objek dasar bagi terbentuknya sebuah pengetahuan. Pengalaman adalah kunci dalam filsafat instrumentalisme.
Relevansi Filsafat Pendidikan John Dewey dalam Konteks Merdeka Belajar
Jantung dari Kurikulum Merdeka Belajar adalah mendekatkan siswa dengan dunia kerja/pengalaman. Siswa tidak hanya belajar dalam kelas tetepi juga harus didekatkan dengan dunia kerja dimana kelak mereka akan berkarya. Ini memang mimpi dan cita-cita kurikulum Merdeka Belajar secara makro.
Dalam pandangan John Dewey di atas, maka dapat ditarik benang merah hubungan antara aktivitas dunia pendidikan dengan Merdeka Belajar. Jika dibaca secara lebih teliti, maka pengalaman yang dimaksudkan oleh Dewey adalah pengalaman masa lampau yang kemudian berusaha dibentuk kembali dalam proses pendidikan. Sedangkan pengalaman kerja yang dimaksudkan oleh Kurikulum Merdeka Belajar adalah pengalaman sebagai ‘objek’ bagi siswa untuk menerapkan teori dan berbagai pengetahuan yang dipelajari di bangku sekolah/kuliah.
Namun yang mau ditekankan di sini adalah pentingnya pengalaman dalam mendukung perkembangan dan pertumbuhan bagi peserta didik (siswa dan mahasiswa). Dengan demikian maka diharapkan output dari dunia pendidikan tidak menjadi seperti orang asing dalam dunia kerja. Pemikiran ini sebenarnya menegasi sebuah pemikiran modern seperti pedagogik kritis dimana pendidikan hanya dijadikan sebagai alat kekuasaan dan cenderung mengekang kemerdekaan peserta didik.
Dalam konteks inilah kurikulum merdeka belajar menjadi relevan di tengah dunia yang semakin kompleks dan terbuka dalam berbagai aspek kehidupan.
Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang sudah mencapai emas (50 Tahun), SMP Lembah Seburi telah menorehkan banyak prestasi baik dari segi akademik maupun non akademik. Terima kasih untuk setiap gerakan pemerhati dunia pendidikan yang terus mengawal lembaga ini hingga mencapai emas.
Setiap langkah yang sudah lewat adalah pengalaman bagi fondasi berdirinya pengetahuan dan pengalaman yang akan dialami di masa datang menjadi medan pembelajaran bermakna bagi setiap insan pendidikan, bagi kebaikan masyarakat dan untuk kebutuhan dunia industri.
Selamat ulang tahun untuk SMP Lembah Seburi…