Lewoleba – Direktur LSM Barakat, Benediktus Bedil menyampaikan bahwa pertanian cerdas iklim menjadi salah satu solusi dalam mengatasi dampak dari perubahan iklim.
Hal ini disampaikan Benediktus di sela-sela pelatihan pertanian cerdas iklim yang diselenggarakan Barakat dan Catholic Relief Services (CRS) pada Rabu (23/11/2022).
Benediktus menjelaskan bahwa saat ini petani sedang berada pada suatu kondisi yang serba tidak pasti sebagai dampak dari perubahan iklim. Waktu untuk mempersiapkan lahan dan menanam menjadi tidak pasti.
Kondisi ini kemudian memantik Barakat bersama CRS untuk mencari jalan keluar bersama. Akhirnya disepakati suatu program yang bernama Insiden.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan masyarakat dari dampak perubahan iklim dalam bentuk adaptasi dan pengurangan resiko bencana.
“Selain itu simpan pinjam untuk mengatasi masalah keuangan pada saat terjadi bencana,” ungkap Benediktus.
Lanjutnya, pertanian cerdas iklim merupakan upaya untuk menggali kembali teknologi pertanian yang dimiliki oleh masyarakat untuk menjaga ketahanan pangan.
“Seperti tumpang hilir, tumpang sari, integrasi dengan ternak, teras dan tanaman teras yang menjaga ketahan pangan sampai 12 bulan. Itu pertanian cerdas iklim yang dikembangkan sejak dulu,” jelas Benediktus.
“Namun karena perdaban dunia kian maju dan kita sendiri ingin mengadopsi teknolgi pertanian yang baru maka teknologi pertanian yang diwariskan nenek-monyang kita mulai dilupakan.”
Imbasnya ketahanan pangan petani lokal mulai terganggu dan lingkungan pun ikut rusak akibat penggunaan bahan-bahan kimia.
“Kalau pertanian cerdas iklim, kita menggunakan bibit lokal sebab cocok dengan kondisi alam kita yang sering mengalami kekeringan,” tutup Benediktus.
Saat ini, Barakat sudah melaksanakan kegiatan pelatihan pertanian cerdas iklim yang melibatkan PPL, Leadfarmer (Ketua Petani) dan Pemerintah dari Lima Desa yaitu Bour, Wua Kerong, Pasir Putih, Riabao, dan Lolong serta staf lapangan Barakat.
Kegiatan ini dilakasanakan sejak hari Senin (21/11/2022) sampai dengan Rabu (23/11/2022) dengan melibatkan trainer dari Politeknik Pertanian Negeri Kupang yaitu Dr Bernadet Barek Koten, SPt, MP dan Enviromental Leadership and Training Intiative (ELTI) Consultant yaitu Syafruddin, SP.